TutupJangan Lupa Klik Like Dan Follow ya!

Saturday, March 19, 2016

Otto Iskandar Dinata "si Jalak Harupat"

Image result for otto iskandar dinata
 





“Yen Dewi Sartika jeung Oto Iskandar Dinata kudu dipieling ku urang Sunda saban taun minangka Ibu jeung Bapa Sunda” (Kongres Pamuda Sunda, 5-7 November 1956)

Bapa Sunda merupakan sebuah bentuk pengakuan komunitas masyarakat Sunda kepada Pahlawan Nasional asal Kabupaten Bandung ini. Perjalanan panjang bangsa ini dalam memperjuangkan kemerdekaan, diantaranya tidak terpisahkan dari  peran dan kontribusi tokoh yang satu ini. Sejarah mencatat begitu banyak jasa yang telah diberikan oleh Si Jalak Harupat dalam ruang lingkup nasional pada fase perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia maupun dalam memajukan etnis  masyarakat Sunda terutama dalam bidang pendidikan, melalui sepak terjangnya di Organisasi Paguyuban Pasundan kurun waktu periode 1931 sampai dibubarkan oleh pendudukan tentara Jepang pada tahun 1942.

Bojong Soang merupakan tempat kelahiran R. Otto Iskandar Dinata. Tepatnya pada tanggal 31 Maret 1897 dari pasangan Raden Haji Rachmat Adam, yang pada waktu itu merupakan Kuwu Desa Bojongsoang  dan ibunda yang bernama Nyi Raden Siti Hatijah.

Perjalanan Sang Tokoh
Dari beberapa literatur bacaan tentang pejuang yang namanya diabadikan menjadi nama ruas jalan di kota-kota di Indonesia ini, tidak pernah terungkap dimana beliau  menamatkan sekolah  pendidikan dasarnya (Sekolah Rakyat). Sejarah baru mencatat untuk Kweek School Onderbouw-nya (Sekolah Guru Bawah) ditempuh di Bandung, kemudian melanjutkan pendidikan di kota Purworejo, yaitu Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas). Pada masa pendidikan di SGA, R. Otto mulai  sering membaca koran De Express yang kita tahu koran ini diasuh oleh Douwes Dekker. Kegiatan membacanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Koran sehabis dibaca diselipkan di bantal tempat tidurnya. Ini dilakukan karena koran tersebut dianggap ilegal dan dilarang keras untuk beredar oleh Pemerintah Kolonialisme Belanda pada saat itu.

Pada tahun 1923, setelah beberapa tahun mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di salah satu sekolah di Jawa Tengah, Si Jalak Harupat menikah dengan muridnya sendiri yang bernama Soekirah, putri asisten Wedana di Bojonegoro.

Tahun 1923, mulailah beliau terlibat di organisasi besar pada jamannya dengan masuk menjadi anggota perkumpulan Boedi Oetomo cabang Bandung, kiprahnya tidak tanggung-tanggung beliau langsung menjadi salah satu tokoh sentral di organisasi tersebut dengan menjadi Wakil Ketua, dan menjadi Ketua pada bulan Desember tahun 1928.

Setelah aktif  berkiprah di Boedi Oetomo, tahun 1931 beliau aktif pula di Paguyuban Pasundan dan pada tahun itu juga terpilih menjadi Ketua pengurus besar organisasi tersebut di Bandung. Tahun 1931-1941 dilantik menjadi anggota Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat). Kemudian menjadi anggota BPUPKI sekaligus ikut merancang UUD 1945. Dalam sidang PPKI tepatnya pada tanggal 19 Agustus 1945 menjadi orang pertama yang mengusulkan agar Soekarno-Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Setelah Indonesia merdeka R. Otto Iskandar Dinata dipercaya oleh Presiden pada saat itu untuk memangku jabatan sebagai  Menteri Negara Urusan Keamanan.

Meninggal dunia secara tragis
Ketika menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Keamanan, keadaan Pemerintahan Republik Indonesia belum stabil. Pemberontakan di dalam negeri dan adanya rongrongan dari Pemerintah Imperialis Belanda yang masih ingin menancapkan kukunya di Nusantara menyebabkan situasi negara menjadi tidak aman. Keadaan menyebabkan adanya saling curiga diantara tokoh dan pejabat negara selama kurun waktu yang tidak menentu tersebut.

Pencetus jargon perjuangan Indonesia yang sangat populer di kalangan pejuang kala itu yaitu pekik “Merdeka” meninggal dunia secara tragis dengan cara dibunuh, setelah sebelumnya ditahan selama sepuluh hari.  Tepatnya tanggal 10 Desember 1945 diculik oleh Laskar Hitam atas tuduhan sebagai mata-mata Jepang.

Empat bulan sebelum dibunuh, seperti sudah ada firasat. Pejuang yang nama julukannya disematkan sebagai nama sebuah stadion sepak bola di Kabupaten Bandung, melalui ucapannya yang di kutif oleh Surat Kabar Tjahaya Edisi 21 Agustus 1945 mengatakan “Kalaoe Indonesia Merdeka boleh diteboes dengan djiwa seorang anak Indonesia, Saja telah memadjoekan diri sebagai kandidat jang pertama oentoek pengorbanan ini” (Buku Si Jalak Harupat, Biografi R. Otto karya Prof. Dr. Hj. Nina Lubis).

Kematian tokoh yang satu ini tidak serta-merta dapat terungkap, baik motif dibalik pembunuhan maupun otak dari pelaku pembunuhan tersebut. Hal ini mungkin bisa dimaklumi karena keadaan negara yang masih darurat. Setelah 11 tahun baru pelakunya bisa ditangkap. Tepatnya pada tahun 1956. Melalui kerja keras yang tidak kenal menyerah,  Komisaris Polisi II Moch. Enduh berhasil menangkap pelaku yang merupakan anggota Laskar Hitam, yaitu Mujitaba. Meskipun kasusnya dilanjutkan ke Meja Hijau, namun motif dan otak pelaku dibalik pembunuhan sampai sekarang masih samar dan belum terungkap. Disinyalir Mujitaba hanyalah orang yang disuruh untuk melakukan pembunuhan itu.

Figur Tokoh Sunda sepanjang masa
Si Jalak Harupat, merupakan nama julukan bagi R. Otto Iskandar Dinata. Julukan tersebut disematkan karena keberaniannya dalam berbicara dan bertindak. Bukan hanya musuh yang takut dibuatnya. Teman seperjuangannya pun segan dan hormat kepada beliau. Kharisma dan keberaniannya di kalangan tokoh pemimpin Sunda hanya bisa disamai oleh Pangeran Kornel dari Sumedang.

Kepemimpinan dan kecintaannya terhadap komunitas ke-Sunda-an dibuktikan melalui Paguyuban Pasundan (PP) yang dipimpinnya, dalam rentang waktu tahun 1931 sampai 1942, PP telah berhasil membangun 51 unit sekolah ber-arsitektur  Julang Ngapak yang tersebar di 36 daerah Jawa Barat dan Banten.
 
~ Dadi Margana ~
sumber : https://smknegri3cimahiutara.wordpress.com/suara-siswa/

No comments:

Post a Comment