MERAH DAN PUTIH BERSILANG DI MUKAKU
Burung camar samar halus fatamorgana di depanku
Senyum perawan tipis berawan
Tempel di pelupuk mata kananku
Yang Shanti
Yang Shanti
Yang Shanti
Yang Shanti
Bara api terasa kering lapisan panas di keningku
Prostitusi caci maki budaya lewat di kotaku
Bersimpang siur dada berdebur
Tempel di pelupuk mata kiriku
Yang Shanti
Yang Shanti
Yang Shanti
Yang Shanti
Hey hey bayi telanjang
Bersimbah tawa bersimbah peluh
Hey hey pedang telanjang
Bersimbah darah bersimbah keluh
Kejar mengejar diseling kerling
Mega berarak tuding-menuding
Peluk berpeluk saling menggiling
Guru mengguru dunia berpaling
Damai desa ramai kota saling pagut menyeluruh
Kuncup tebu asam arang saling berjanji memadu
Lestari alam ciptaan Satu
Tempel di kedua mata batinku
Yang Shanti
Yang Shanti
Yang Shanti
Yang Shanti
MERAH PUTIH
Berkibarlah bendera negeriku
Berkibarlah engkau di dadakuTunjukanlah kepada dunia
Semangatmu yang panas membara
Daku ingin jiwa raga ini
Selaraskan keanggunan
Daku ingin jemariku ini
Menuliskan kharismamu
Berkibarlah bendera negeriku
Berkibar di luas nuansamu
Tunjukanlah kepada dunia
Ramah tamah budi bahasamu
Daku ingin kepal tangan ini
Menunaikan kewajiban
Putra bangsa yang mengemban cita
Hidup dalam kesatuan
KEBYAR - KEBYAR
Indonesia ...
Merah darahku, putih tulangkuBersatu dalam semangatmu
Indonesia ...
Debar jantungku, getar nadiku
Berbaur dalam angan-anganmu
Kebyar-kebyar, pelangi jingga
Biarpun bumi bergoncang
Kau tetap indonesiaku
Andaikan matahari terbit dari barat
Kaupun tetap indonesiaku
Tak sebilah pedang yang tajam
Dapat palingkan daku darimu
Kusingsingkan lengan
Rawe-rawe rantas
Malang-malang tuntas
Denganmu ...
Indonesia ...
Merah darahku, putih tulangku
Bersatu dalam semangatmu
Indonesia ...
Nada laguku, symphoni perteguh
Selaras dengan symphonimu
Kebyar-kebyar, pelangi jingga
BERITA CUACA
Dimana Tuhanku menitipkan aku
Nyanyi bocah-bocah di kala purnama
Nyanyikan pujaan untuk nusa
Damai saudaraku suburlah bumiku
Kuingat ibuku dongengkan cerita
Kisah tentang jaya nusantara lama
Tentram kartaraharja di sana
Mengapa tanahku rawan kini
Bukit bukit telanjang berdiri
Pohon dan rumput enggan bersemi kembali
Burung-burung pun malu bernyanyi
Kuingin bukitku hijau kembali
Semenung pun tak sabar menanti
Doa kan kuucapkan hari demi hari
Kapankah hati ini lapang lagi?
SELAMAT PAGI KOTAKU
Aku dilahirkan di kota
di bangsal rumah sakit tua
rumahku sebaya umur kakekku
berdinding batu separuh bambu
dan aku coba mengerti
walau aku sering memaki
tingkah-tingkuh kotaku yang panas
berbaur debu dan keringat di badanku
orang bilang kotaku kejam
tak beda usia tak beda warna
bagai tangan hitam cengkeram
tubuh-tubuh tergolek disana
dulu aku tak perduli
walau aku sering kerutkan dahi
detak jantung berpacu dengan nafsu
sering terlihat nyata di depanku
satu kali ku berkhayal
hidup ini bersinar merata
tapi lamunanku buyar
oleh mimik seorang bocah
gelandangan kecil berdiri
dengan rasa ingin memiliki
sepotong roti di toko yang bersih
dan berjendela kaca
kulihat seorang perempuan baya
dengan orok di pangkuannya
larut malam di kaki lima
menunggu warung kopi miliknya
tak berdinding beratap rumbia
menempel di emper toko megah
esok 'pabila mentari tiba
ku tak tahu ia dimana
kepincangan demi kepincangan
tak membuat aku jera
kehidupan yang keras ini
akan kuhadapi jua
tanpa terasa aku tengadah
kepada-Nya aku meminta
kotaku ‘kan tegar berdiri
bukan hanya untuk satu generasi
di bangsal rumah sakit tua
rumahku sebaya umur kakekku
berdinding batu separuh bambu
dan aku coba mengerti
walau aku sering memaki
tingkah-tingkuh kotaku yang panas
berbaur debu dan keringat di badanku
orang bilang kotaku kejam
tak beda usia tak beda warna
bagai tangan hitam cengkeram
tubuh-tubuh tergolek disana
dulu aku tak perduli
walau aku sering kerutkan dahi
detak jantung berpacu dengan nafsu
sering terlihat nyata di depanku
satu kali ku berkhayal
hidup ini bersinar merata
tapi lamunanku buyar
oleh mimik seorang bocah
gelandangan kecil berdiri
dengan rasa ingin memiliki
sepotong roti di toko yang bersih
dan berjendela kaca
kulihat seorang perempuan baya
dengan orok di pangkuannya
larut malam di kaki lima
menunggu warung kopi miliknya
tak berdinding beratap rumbia
menempel di emper toko megah
esok 'pabila mentari tiba
ku tak tahu ia dimana
kepincangan demi kepincangan
tak membuat aku jera
kehidupan yang keras ini
akan kuhadapi jua
tanpa terasa aku tengadah
kepada-Nya aku meminta
kotaku ‘kan tegar berdiri
bukan hanya untuk satu generasi
KAMI ANAK NEGERI INI
lazuardi gilang gemilang matahari pagi
membuka hari mrnyongsong janji
bagimu Ibu Pertiwi
rumput liar riang bermimpi di sela kicau burung
sayang, di nafasmu di pundakmu
terletak martabat bangsa
tengadahlah tunas nusa
kibarkan panji kibarkan bendera dirgahayu tanah ini
kami bernyanyi untukmu negeri dengan semangat di dadaku
berpijar dan bersinar di mataku
tengadahlah tunas nusa
No comments:
Post a Comment